BKKBN sebut Presiden akan pantau stunting pada empat titik keluarga di NTT

id BKKBN,Stunting,Presiden di ntt

BKKBN sebut Presiden akan pantau stunting pada empat titik keluarga di NTT

Potret sejumlah anak yang tinggal di Desa Kesetnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti

Empat titik utama yang terkait dengan kekerdilan itu, akan dipantau melalui sejumlah pemeriksaan kesehatan. Seperti pengukuran kesehatan...

Timor Tengah Selatan (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan Presiden Joko Widodo akan memantau langsung kondisi kekerdilan (stunting) pada empat titik keluarga saat melakukan kunjungan kerja di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Di sini yang utama ada empat klaster. Calon pengantin, nanti ada pemeriksaan ibu hamil, ibu menyusui juga tumbuh kembang balita,” kata Plt. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani saat ditemui ANTARA di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Rabu, (23/3).

Dani menuturkan Presiden akan melakukan kunjungan kerja di Desa Kesetnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur pada Kamis (24/3).

Empat titik utama yang terkait dengan kekerdilan itu, akan dipantau melalui sejumlah pemeriksaan kesehatan. Seperti pengukuran kesehatan calon pengantin perempuan lewat pengecekan hemoglobin (Hb) untuk mengetahui anemia pada calon ibu.

Pengukuran lingkar lengan atas, juga dilakukan guna memastikan apakah calon pengantin perempuan terkena kekurangan energi kronik (KEK).

Pemantauan kesehatan tersebut sangat penting dilakukan, kata dia, agar pemerintah bisa memberikan intervensi berupa pemberian tablet tambah darah ataupun berupa perbaikan asupan gizi pada ibu dan balita yang berpotensi terkena kekerdilan.

“Sehingga tiga bulan sebelum dia menikah, kita bisa memberikan intervensi berupa pemberian tablet tambah darah maupun asupan gizi yang lebih bagus. Sehingga pada saat dia dalam kondisi yang sehat, bisa hamil,” ujar Dani.

Dalam kunjungan kerja itu, Dani membeberkan akan ada dialog yang dilakukan dengan perwakilan seluruh kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur baik Bupati maupun tim percepatan penurunan stunting (TPPS).

Setelah dialog selesai diadakan, Presiden akan mengunjungi sejumlah rumah guna memantau langsung keluarga yang berisiko terkena kekerdilan.

Dalam kesempatan itu Dani mengatakan semua pihak turut membantu pengentasan kekerdilan di lapangan, agar negara dapat mencapai target angka prevalensi kekerdilan menjadi 14 persen di tahun 2024.

“Bapak Gubernur, Bapak Bupati, TPPS semuanya saling support. Bahkan dari seluruh kementerian/lembaga terkait, juga membantu permasalahan ini,” ujar dia.


Baca juga: Presiden tinjau percepatan penurunan "stunting" di NTT

Baca juga: BKKBN: Angka kekerdilan di Timor Tengah Selatan tertinggi di NTT