Artikel - Bayang-bayang kiamat Romo Martin kala erupsi Lewotobi
...Kita juga berpikir, apakah ini akhir dari hidup kita, kata Romo Martin
Kamis, 1 November 2024, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki untuk siaga terhadap bencana letusan gunung berapi.
Imbauan tersebut disampaikan, dengan mempertimbangkan kondisi Gunung Lewotobi Laki-laki yang beberapa kali mengeluarkan semburan awan panas, yang dinilai bisa membahayakan nyawa masyarakat sekitar.
Pada waktu itu, masyarakat sebenarnya sudah bersiaga akan adanya potensi bencana, namun kesiagaan masyarakat seolah mereda, sebab, dalam dua hari berikutnya, Gunung Lewotobi Laki-laki tidak mengeluarkan erupsi sama sekali.
Pada Minggu siang, 3 November 2024, hari berjalan sebagaimana biasanya. Masyarakat ada yang berkebun, beternak, juga menikmati akhir pekannya, tanpa merasakan adanya sesuatu yang berbeda.
Juga bagi Romo Martin, hari itu adalah momen baginya untuk mempersiapkan diri menyambut awal pekan yang baru. Saat itu, ia memilih untuk bekerja hingga larut malam.
Di malam hari, hujan mulai membasahi wilayah yang berada di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki. Intensitasnya kian meningkat seiring berjalannya waktu.
Romo Martin bercerita bahwa hujan di malam hari itu merupakan sesuatu yang dirindukan oleh masyarakat setempat, sebab sudah beberapa waktu belakangan ini hujan tidak mampir di wilayah sekitarnya.
Pun demikian bagi 232 siswa dan 27 tenaga didik yang membersamai Romo Martin di Seminari San Dominggo. Banyak di antara mereka yang memaksimalkan momentum tersebut untuk beristirahat dengan nyenyak.
Udara dataran tinggi yang sejuk terkena hujan, bunyi gemercik air hujan yang jatuh membasahi bumi, ditambah dengan suasana bangunan dengan arsitektur Eropa yang dimiliki seminari itu rasanya menjadi kombinasi yang pas untuk mengakhiri hari dengan tenang.
Namun siapa sangka, suasananya berbalik 180 derajat, saat waktu mendekati tengah malam.
Bayang-bayang kiamat
Imbauan tersebut disampaikan, dengan mempertimbangkan kondisi Gunung Lewotobi Laki-laki yang beberapa kali mengeluarkan semburan awan panas, yang dinilai bisa membahayakan nyawa masyarakat sekitar.
Pada waktu itu, masyarakat sebenarnya sudah bersiaga akan adanya potensi bencana, namun kesiagaan masyarakat seolah mereda, sebab, dalam dua hari berikutnya, Gunung Lewotobi Laki-laki tidak mengeluarkan erupsi sama sekali.
Pada Minggu siang, 3 November 2024, hari berjalan sebagaimana biasanya. Masyarakat ada yang berkebun, beternak, juga menikmati akhir pekannya, tanpa merasakan adanya sesuatu yang berbeda.
Juga bagi Romo Martin, hari itu adalah momen baginya untuk mempersiapkan diri menyambut awal pekan yang baru. Saat itu, ia memilih untuk bekerja hingga larut malam.
Di malam hari, hujan mulai membasahi wilayah yang berada di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki. Intensitasnya kian meningkat seiring berjalannya waktu.
Romo Martin bercerita bahwa hujan di malam hari itu merupakan sesuatu yang dirindukan oleh masyarakat setempat, sebab sudah beberapa waktu belakangan ini hujan tidak mampir di wilayah sekitarnya.
Pun demikian bagi 232 siswa dan 27 tenaga didik yang membersamai Romo Martin di Seminari San Dominggo. Banyak di antara mereka yang memaksimalkan momentum tersebut untuk beristirahat dengan nyenyak.
Udara dataran tinggi yang sejuk terkena hujan, bunyi gemercik air hujan yang jatuh membasahi bumi, ditambah dengan suasana bangunan dengan arsitektur Eropa yang dimiliki seminari itu rasanya menjadi kombinasi yang pas untuk mengakhiri hari dengan tenang.
Namun siapa sangka, suasananya berbalik 180 derajat, saat waktu mendekati tengah malam.
Bayang-bayang kiamat