Inflasi pada akhir 2018 diperkirakan meningkat

id Gubernur

Inflasi pada akhir 2018 diperkirakan meningkat

Gubernur NTT Frans Lebu Raya (kanan) memberikan penghargaan kepada BI NTT yang diterima langsung oleh Kepala BI Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga dalam acara Syukuran Akhir Masa Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur di Kupang, Jumat (13/7). (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)

Bank Indonesia memperkirakan inflasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) akan meningkat menjadi 3,70-4,10 persen pada akhir 2018.
Kupang (AntaraNews NTT) - Bank Indonesia memperkirakan inflasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) akan meningkat menjadi 3,70-4,10 persen pada akhir 2018.

"Secara tahunan, inflasi pada akhir 2018 diperkirakan pada kisaran 3,70-4,10 persen (yoy). Inflasi 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan realisasi 2017 sebesar 2,00 persen (yoy)," demikian hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi NTT yang diterima Antara di Kupang, Jumat (13/7).

Kondisi ini lebih disebabkan oleh pembalikan arah, terutama untuk komoditas sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan yang tercatat inflasi rendah dan beberapa kali mengalami deflasi. 

Selain itu, terdapat pula potensi kenaikan harga beras seiring kebijakan Harga Eceran Tertinggi yang masih terus dilakukan sinkronisasi antara Kementerian Perdagangan dan Bulog serta keraguan terhadap data produksi beras nasional.

Menurut Bank Indonesia, rokok dan tembakau masih menjadi pendorong inflasi tahunan 2018, seiring masih berlangsungnya kenaikan cukai rokok. Sementara, komoditas lain masih relatif stabil seperti daging ayam ras seiring penambahan breeding farm.

Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT triwulan II diperkirakan meningkat

Di sisi lain, komoditas sandang, kesehatan dan pendidikan juga diperkirakan relatif stabil. Komoditas "administered prices" yang paling sering menyumbang inflasi tinggi di Provinsi NTT, yakni angkutan udara pada tahun 2018 diperkirakan relatif lebih stabil seiring penambahan rute penerbangan yang lebih banyak.

Potensi kenaikan lebih disumbang oleh risiko kenaikan harga bahan bakar pesawat (avtur). Dalam rangka pengendalian inflasi pada 2018, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT melakukan penjajakan pembentukan klaster hortikultura.

Pembentukan klaster hortikultura ini disebabkan 80 persen lebih penyebab inflasi di Provinsi NTT berasal dari komoditas hortikultura seperti bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran, demikian Bank Indonesia.

Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT lambat