PP Muslimat NU : Stunting di NTT jadi perhatian serius NU

id Stunting, PP Muslimat NU, Kota Kupang

PP Muslimat NU : Stunting di NTT jadi perhatian serius NU

Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU dr. Erna  Yulia Soefihara saat memberikan keterangan kepada wartawan di Kupang. ANTARA/Kornelis Kaha

Kita memang di NU sendiri tidak hanya konsen di bidang agama saja, tetapi juga di bidang pendidikan dan salah satunya kesehatan...
Kupang (ANTARA) - Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) mengatakan penanganan stunting atau kekerdilan di Nusa Tenggara Timur menjadi perhatian serius semua pihak termasuk NU sendiri.

"Kita memang di NU sendiri tidak hanya konsen di bidang agama saja, tetapi juga di bidang pendidikan dan salah satunya kesehatan sehingga kami merasa bahwa stunting ini perlu ditangani bersama," kata Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU dr. Erna Yulia Soefihara di Kupang, Rabu, (16/3).

Hal ini disampaikannya disela-sela diskusi edukasi gizi dan pencarian fakta penggunaan susu kental manis sebagai minuman Balita di Masyarakat.

PP Muslimat NU sendiri ujar dia ingin turun mengentaskan masalah stunting di NTT ini karena memang masalah stunting secara nasional menjadi perhatian pemerintah bahkan sudah ada instruksi presiden bahkan kemudian pergub-nya.

"Tema yang diangkat berkaitan dengan susu kental manis ini karena memang berdasarkan data yang diperoleh dari YAICI itu, salah satu penyebab stunting beberapa daerah di Indonesia ini karena si anak mengkonsumsi susu kental manis yang sebenarnya tidak cocok buat anak-anak apa lagi balita," ujar dia.

Erna menjelaskan diskusi bersama yang melibatkan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) serta ahli gizi dari Kota Kupang nantinya akan mendapatkan solusi untuk penanganan stunting di NTT.

Ia menambahkan bahwa berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 berdasarkan laporan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 15 Kabupaten di NTT berkategori zona merah masalah stunting.

Berdasarkan Lima Kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam prevalensi sepuluh daerah dengan angka kekerdilan atau stunting tertinggi dari 246 Kabupaten/Kota yang menjadi prioritas percepatan penurunan stunting di Indonesia.

Baca juga: 500 paket ikan dibagikan untuk penanganan stunting di Ende

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) lima kabupaten tersebut antara lain Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, dan Manggarai Timur.

Baca juga: Gubernur NTT imbau kepala daerah wajib dukung RAN PASTI

Bahkan Kabupaten Timor Tengah Utara menempati urutan kedua yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia karena berada di atas 46 persen.