Artiikel - Melindungi penyu dari selatan Pulau Solor

id Pelestarian penyu, pelestarian tukik, penyu, tukik, desa sulengwaseng, solor selatan, ntt, flores timur,Artikel perikanan Oleh Fransiska Mariana Nuka

Artiikel - Melindungi penyu dari selatan Pulau Solor

Wilhelmus Wokadewa Melur menjaga lubang pembenaman telur penyu sebelum menetas menjadi tukik, Desa Sulengwaseng, Solor Selatan, NTT. ANTARA/Fransiska Mariana Nuka

Menjaga penyu bukanlah pekerjaan gampang. Kelompok itu berharap beberapa bantuan untuk mempermudah kerja-kerja pelestarian penyu dalam penangkaran penyu..

Upaya melindungi penyu berada dalam naungan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Jalur Gaza Desa Sulengwaseng. Menjaga dan merawat penyu tentu bukanlah pekerjaan mudah. Butuh ketelitian dan komitmen tinggi agar telur yang telah diselamatkan bisa menetas hingga dilepasliarkan ke alam.

Bulan Februari adalah waktu baik bagi penyu untuk bertelur. Biasanya satu sarang telur penyu yang ditemukan di pantai berisi ratusan telur. Sarang telur lalu dibawa ke tempat penangkaran untuk dibenamkan dalam lubang pembenaman.

Posisi telur yang "ditanam" di tempat pembenaman harus sejajar dengan letak telur dalam sarang. Sebagian pasir dari sarang juga dibenamkan dalam lubang agar telur merasakan berada dalam habitat yang sama. Bahkan kedalaman tempat pembenaman harus disesuaikan dengan kedalaman lokasi pertama telur itu ditemukan.

Selama 5 minggu Mus dan Theresia memantau perkembangan telur dalam lubang penanaman. Tempat pembenaman telur penyu memiliki luas 8 meter x 6 meter, dengan sekeliling sisi dipasang jaring-jaring untuk menjauhkan telur dari predator.

Sebagai ketua kelompok pengawas, Mus harus terus mengawasi lokasi pembenaman itu. Ia khawatir predator akan mencari telur-telur itu karena tempat pembenaman belum memiliki atap penutup.

Setelah 5 -- 7 minggu menunggu, telur yang telah menetas biasanya terligat dari anjloknya pasir di tempat pembenaman. Lalu, anak penyu yang disebut tukik pun keluar dari balik pasir-pasir itu. Setelah tukik keluar, tugas baru dimulai. Mus dan Theresia harus memindahkan tukik ke dalam wadah atau bak berisi air laut. Air itu harus diganti setiap 3 jam. Tukik pun harus diberi makan.

Jenis penyu yang sering ditemukan di pantai dengan hamparan mencapai 6 kilometer itu, antara lain, penyu sisik, penyu lekang, dan penyu hijau. Sejak tahun 2018 hingga 2023, Mus dan Theresia bersama anggota pokmaswas dan masyarakat telah melepasliarkan 10.375 penyu.

Pelepasliaran penyu tidak dilakukan sendirian. Ia selalu melibatkan masyarakat atau waktunya bertepatan dengan momen kunjungan pelajar sekolah atau pejabat. Tujuannya tak lain agar adanya edukasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya melindungi penyu. Selain warga lokal, turis dari Austria juga sudah beberapa kali datang setiap bulan Juli ke tempat itu untuk mengikuti proses pelepasliaran penyu. Kegiatan melepas penyu ke laut biasanya dimulai dari pukul 17.00 WITA sore untuk menghindari predator.

Identifikasi jenis kelamin baru bisa dilakukan ketika penyu dilepasliarkan ke lautan. Penyu jantan biasanya langsung bergerak cepat ke dalam air, sedangkan penyu betina bergerak perlahan, lalu menoleh ke kiri dan kanan, sebelum akhirnya masuk ke dalam air laut. Mus meyakini hal itu sebagai respons alami dari penyu betina yang ingin merekam alam tempatnya dirawat dan dijaga sebelum dilepas ke alam.

 
Pelepasan tukik bersama masyarakat di Desa Sulengwaseng, Solor, NTT beberapa waktu lalu. ANTARA/Dokumentasi pribadi
 

Bantuan Pemerintah