Kupang (Antara NTT) - Halaman depan Paroki St Yoseph Pekerja Penfui Kupang, Nusa Tenggara Timur pada Jumat (29/9) sore, dipenuhi lautan manusia untuk menghadiri pesta perak perayaan imamat 25 tahun pastor paroki setempat, Romo Krispinus Saku, Pr.
Romo Kris--begitulah sapaan manisnya--sebelum menjadi pastor paroki St Yoseph Pekerja Penfui Kupang, beliau ditugaskan Uksup Agung Kupang Mgr Petrus Turang sebagai pastor paroki Gembala Yang Baik di Kalabahi, Kabupaten Alor.
Perayaan imamat 25 tahun ini dilakukan dalam misa konselebran yang dipimpin langsung oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Kupang Mgr Petrus Turang, dan dihadiri ribuan umat Katolik di Kota Kupang dan sekitarnya.
"Perayaan imamat sebagai seorang imam yang ke-25 ini, merupakan momentum bagi saya untuk kembali mengenang moto tahbisan saya saat itu, Bagi Allah Tidak Ada yang Mustahil, seperti tertulis dalam Injil Matius 19:26," kata Romo Kris, Jumat malam, pada kesempatan ramah tamah dengan ribuan umat Katolik setempat.
Moto imamat ini menujukkan keyakinan akan peran Allah dalam panggilan imamatnya, sebab imamat merupakan rahmat Allah yang dipercayakan kepadanya untuk melaksanakan.
"Ketika Allah menghendakinya tak ada yang bisa menghalanginya," katanya dan menjelaskan mota tahbisan tersebut telah menjadi sumbu pengharapan yang tak pernah pudar dalam ziarah 25 tahun menjalankan panggilan Allah.
"Moto ini telah memberi inspirasi kesegaran, kegembiraan dan keteguhan sebagai seorang imam dalam menjalankan karya-karya Allah kepada umatnya," katanya.
Ziarah kehidupan Romo Kris, penuh dengan kesedihan. Ketika berusia empat tahun, ia ditinggalkan ibu untuk selamanya, dan ketika duduk dibangku Seminari Menengah Lalian di Atambua, Kabupaten Belu, giliran sang ayah pergi menghadap sang khalik.
Ketika berada di tingkat dua Seminari Tinggi Ritapiret di Maumere, Kabupaten Sikka, Flores, nuansa kesedihan kembali terjadi tatkala sang nenek yang selama itu menjadi tiang penopang cita-citanya, pun pergi untuk selamanya.
"Aku merasa seperti tidak memiliki kekuatan lagi. Namun pada situasi seperti ini, Allah melayakkan aku hingga ke puncak imamat saat ditahbiskan menjadi seorang imam pada 29 September 1992," katanya.
"Dan pada hari ini, kita merayakan bersama dalam kenangan yang indah lewat misa konselebran yang dipimpin Uskup Agung Mgr Petrus Turang. Ini sesuatu yang luar biasa," tambahnya.
Sebelum perayaan misa dimulai, yubilaris disambut pasukan drum band dan penari dari SMPK Adisupto Penfui di pertigaan Jalan Adi Sucipto menuju ke Paroki St Yoseph Pekerja.
Dari sana, sang yubilaris menumpang sebuah mobil terbuka diarak menuju pelataran gereja yang berjarak sekitar 300 meter dari pertigaan Jalan Adi Sucipto.
Para siswa dari SDK St Arnoldus, SMPK Adi Sucipto dan siswa dari SMAK Sint Karolus Penfui berbaris membentuk pagar betis di sepanjang jalan sampai di depan gereja sambil melambai-lambaikan bendera kuning-putih berukuran mini.
Sementara umat yang lain berkumpul di halaman gereja St Yoseph Pekerja sambil menunggu kedatangan yubilaris yang akan merayakan imamatnya sebagai seorang imam yang ke-25 tahun.
Pada kesempatan terpisah Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku juga merayakan pesta perak imamatnya, dirangkaikan dengan syukuran 10 tahun menjadi Uskup Atambua pada Jumat (29/9).
Perayaan imamat Mgr Dominikus ini juga dengan upacara misa syukur yang berlangsung di Gereja Paroki Tunbaba, Kecamatan Miomafo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT.
Seharis sebelum perayaan imamat dilangsungkan, Mgr Dominikus terlebih dahulu memberi jamuan makan malam kepada para tamu dan undangan yang akan menghadiri perayaan pesta peraknya di Kefamenanu, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara.
Tamu undangan yang menghadiri jamuan makan malam tersebut antara lain Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama Eusebius Binsasi, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Uskup Bandung Mgr Antonius Sibuanto Bunjamin, OSC, Bupati Timor Tengah Utara Raymundus Sau Fernandes serta sejumlah rohaniwan Katolik dari Keuskupan Maliana, Timor Leste.