Tokoh Adat desak pemerintah lanjutkan jalan lintas selatan

id Pembangunan jalan

Tokoh Adat desak pemerintah lanjutkan jalan lintas selatan

Empat perwakilan tokoh adat dari empat desa di wilayah Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, NTT hanya bisa foto bersama di depan Kantor BPJN X Kupang, setelah gagal bertemu dengan Kepala BPJN X Kupang, Rabu (19/12). (ANTARA Foto/Istimewa)

Empat perwakilan tokoh adat dari empat desa di wilayah Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, mendesak pemerintah untuk segera melanjutkan pembangunan jalan lintas selatan Pulau Timor.
Kupang (ANTARA News NTT) - Empat perwakilan tokoh adat dari empat desa di wilayah Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur mendesak pemerintah untuk segera melanjutkan pembangunan jalan lintas selatan Pulau Timor.

"Kami ada empat orang perwakilan yang datang ke sini untuk bertemu dengan otoritas yang membangun jalan, namun saat kami ke kantornya ternyata yang bersangkutan lagi tidak berada di tempat," kata Koordinator tokoh adat Eli Mamun kepada Antara di Kupang, Rabu (19/12).

Empat perwakilan tokoh adat itu berasal dari Desa Nekamese, Tetraen, Sahraen dan Buraen yang berada dalam wilayah Kecamatan Amarasi Selatan yang terkenal subur dan menjadi salah satu penyumbang pangan bagi masyarakat Kota Kupang. 

Eli Mamun mengaku bahwa pada Selasa (18/12), ia sudah sempat berkunjung ke Kantor Balai Pelaksana Jalan Nasional X Kupang, namun saat tiba di sana, orang yang ingin ditemui tak berada di tempat.

"Saya hanya ingin bertemu dengan kepala BPJN X Kupang, dan memintanya untuk melanjutkan pembangunan jalan di jalur lintas selatan Pulau Timor yang menghubungkan Tablololong-Oelalus-Oepaha-Buraen-Terens-Rium yang sempat terhenti itu," katanya.

Ia menambahkan ruas jalan sepanjang 112,80 kilometer itu baru dibangun dengan aspal campuran panas (hotmix) sepanjang 32 kilometer, sedang 80,8 kilometer sisanya, sampai sejauh ini belum ditangani.

Baca juga: Warga perbatasan antusias saat peresmian jalan Sirip
Baca juga: Wagub NTT: Pembenahan jalan tidak menggunakan pola mencicil


Ruas jalan yang sempat terhenti pembangunannya itu, menghubungkan empat kecamatan di wilayah Kabupaten Kupang, juga menghubungkan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Malaka sampai Timor Leste.

Eli Mamun menambahkan bahwa pemerintah mulai membangun ruas jalan tersebut sejak tahun 2015 kemudian melanjutkan pada tahun 2017, tetapi pada petengahan tahun 2017 pembangunan jalan tak dilanjutkan, sehingga warga pun tak bisa melalui jalan tersebut.

Padahal, ruas jalan di bagian selatan Pulau Timor, biasa digunakan oleh para pedagang dan pengusaha serta petani untuk menjual hasil buminya seperti sayur-sayuran, kelapa muda, kelapa tua, pisang serta sejumlah hasil kebun lainnya.

Selain itu, kawasan selatan Pulau Timor juga merupakan salah satu daerah pemasok ternak seperti sapi, babi, kambing serta domba yang biasa dikirim ke Kota dan Kabupaten Kupang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Tak hanya itu, kawasan selatan Pulau Timor juga memiliki sejumlah objek wisata yang sangat menarik dan menjanjikan seperti Batu Tujuh, Batu Bedaon dan Tanjung Terens dengan latar belakang Benua Australia.

"Kami berharap tahun 2019, ruas jalan di bagian selatan Pulau Timor yang sempat terhenti pembangunannya, dapat dikerjakan kembali, meski saya tidak sempat bertemu dengan Kepala BPJN X Kupang," ujar Eli Mamun.

Menanggapi hal tersebut, Kepala BPJN X Kupang NTT Muktar Napitupulu yang dikonfirmasi Antara secara terpisah mengatakan akan menampung semua aspirasi para tokoh adat tersebut.

"Saya masih ada di luar NTT, kemarin sudah dapat informasi soal itu, namun kami akan tampung aspirasi soal pembangunan jalan itu," katanya menambahkan.

Baca juga: NTT butuh Rp3,7 triliun tuntaskan jalan provinsi
Baca juga: Rp37 miliar untuk bangun jalan Amfoang