Mahasiswa Witihama ajak milenial hindari provokasi medsos soal konflik di Adonara
Foto-foto atau pun video mengenai kejadian itu agar tidak disebarluaskan melalui media sosial karena bisa membias kemana-mana
Kupang (ANTARA) - Para mahasiswa yang terhimpun dalam Ikatan Mahasiswa Witihama (IMW) yang berbasis di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengajak milenial atau para kaum muda untuk menghindari adanya provokasi mengenai konflik "perang tanding" di Desa Sandosi, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, terutama yang muncul melalui media sosial (medsos).
“Kami mengajak teman-teman terutama kaum muda milenial yang aktif di media sosial agar kita sama-sama menghindari munculnya provokasi terkait konflik tanah di Adonara ini,” kata Ketua IMW-Kupang, Kornelis Kia Sabon, kepada wartawan di Kupang, Jumat (6/3).
Dia mengatakan, para mahasiswa yang terhimpun dalam IMW yang semuanya berasal dari Kecamatan Witihama, wilayah terjadinya konflik, merasa prihatin dan berduka cita terhadap korban yang tewas.
Baca juga: Konflik antarwarga memperebutkan lahan pecah di Pulau Adonara
Secara internal organisasi, lanjut dia, pihaknya juga telah mengumpulkan para mahasiswa di Kota Kupang untuk membicarakan persoalan tersebut dan menyatakan komitmen untuk tidak melakukan hal-hal yang memperuncing situasi.
Menurut dia, dalam kondisi seperti ini berbagai informasi berbau provokatif bisa saja dimunculkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang bisa memperkeruh suasana.
Baca juga: Masyarakat jangan terprovokasi dengan perang tanding di Adonara
“Karena itu kami mengajak para pegiat media sosial terutama kalangan muda dari Adonara di berbagai daerah agar kita sama-sama menghindari hal-hal seperti itu apalagi melakukannya,” katanya.
“Foto-foto atau pun video mengenai kejadian itu agar tidak disebarluaskan melalui media sosial karena bisa membias kemana-mana,” katanya.
Kornelis menambahkan, pihaknya meminta agar pemerintah berperan aktif serta membangun koordinasi secara intens hingga ke tingkat bawah serta bersama aparat keamanan setempat agar bisa merendahkan konflik memperebutkan tanah ini.
Konflik "perang tanding" antarwarga dari dua suku di Desa Sandosi pecah pada Kamis (5/3) pagi di wilayah perkebunan Wulen Wata dan menewaskan sebanyak enam orang.
Korban tewas di antaranya dari Suku Kwaelaga masing-masing berinisial MKK (80), YMS (70), YOT (56), dan SR (68), sedang dari Suku Lamatokan adalah YH (70) dan WK (80).
Baca juga: Ratusan personel BKO diterjunkan ke Sandosi, Pulau Adonara
“Kami mengajak teman-teman terutama kaum muda milenial yang aktif di media sosial agar kita sama-sama menghindari munculnya provokasi terkait konflik tanah di Adonara ini,” kata Ketua IMW-Kupang, Kornelis Kia Sabon, kepada wartawan di Kupang, Jumat (6/3).
Dia mengatakan, para mahasiswa yang terhimpun dalam IMW yang semuanya berasal dari Kecamatan Witihama, wilayah terjadinya konflik, merasa prihatin dan berduka cita terhadap korban yang tewas.
Baca juga: Konflik antarwarga memperebutkan lahan pecah di Pulau Adonara
Secara internal organisasi, lanjut dia, pihaknya juga telah mengumpulkan para mahasiswa di Kota Kupang untuk membicarakan persoalan tersebut dan menyatakan komitmen untuk tidak melakukan hal-hal yang memperuncing situasi.
Menurut dia, dalam kondisi seperti ini berbagai informasi berbau provokatif bisa saja dimunculkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang bisa memperkeruh suasana.
Baca juga: Masyarakat jangan terprovokasi dengan perang tanding di Adonara
“Karena itu kami mengajak para pegiat media sosial terutama kalangan muda dari Adonara di berbagai daerah agar kita sama-sama menghindari hal-hal seperti itu apalagi melakukannya,” katanya.
“Foto-foto atau pun video mengenai kejadian itu agar tidak disebarluaskan melalui media sosial karena bisa membias kemana-mana,” katanya.
Kornelis menambahkan, pihaknya meminta agar pemerintah berperan aktif serta membangun koordinasi secara intens hingga ke tingkat bawah serta bersama aparat keamanan setempat agar bisa merendahkan konflik memperebutkan tanah ini.
Konflik "perang tanding" antarwarga dari dua suku di Desa Sandosi pecah pada Kamis (5/3) pagi di wilayah perkebunan Wulen Wata dan menewaskan sebanyak enam orang.
Korban tewas di antaranya dari Suku Kwaelaga masing-masing berinisial MKK (80), YMS (70), YOT (56), dan SR (68), sedang dari Suku Lamatokan adalah YH (70) dan WK (80).
Baca juga: Ratusan personel BKO diterjunkan ke Sandosi, Pulau Adonara