Kupang (Antara NTT) - PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur segera menuntaskan pembangunan trafo di Bolok, Kupang untuk memperlancar koneksi ke pembangkit kapal berkapasitas 60 MW yang akan disiapkan untuk memperkuat sistem kelistrikan di Pulau Timor.
"Saat ini kita sedang menyelesaikan pembangunan trafo di Bolok untuk transmisi 70 kilo volt ke Gardu Induk (GI) Bolok," kata General Manager PT PLN (Persero) Wilayah NTT Richard Safkaur kepada wartawan di Kupang, Rabu.
Dia mengatakan, pembangunan trafo tersebut berfungsi untuk mengatur transmisi dari pembangkit kapal dengan tegangan tinggi sebesar 150 kv diturunkan menjadi 70 kv untuk masuk ke GI Bolok.
Seperti yang diketahui, lanjut dia, tidak lama lagi pemerintah akan mendatangkan pembangkit dari kapal (marine vessel power plant) dengan kapasitas 60 MW plus cadangan daya 60 MW dan akan ditempatkan di Kota Kupang untuk memperkuat sistem kelistrikan Pulau Timor.
Untuk itu, lanjut dia, PLN tengah melakukan berbagai persiapan instalasi dan pembangunan untuk sistem transmisi di darat agar nantinya bisa langsung terkoneksi ke instalasi di pembangkit kapal.
"Pekerjaan instalasi GI Maulafa sudah kita selesaikan dengan kapasitasnya menjadi 30 mva (mega volt ampere) yang akan menerima transmisi 70 kv dari Bolok," katanya.
Daya dari pembangkit kapal tersebut akan ditransmisikan menuju GI Bolok kemudian ke GI Maulafa, GI Naibonat, GI Nonahonis di Kabupaten Soe dan nantinya menuju Kabupaten Timur Tengah Utara hingga Belu.
Dia mengatakan, dengan danya pembangkit dari kapal tersebut maka sistem kelistrikan di Pulau Timor akan berpusat pada satu sistem yang ada di Kota Kupang dengan dukungan daya dari pembangkit kapal itu.
Sebelumnya listrik di tiap kabupaten/kota masih mengandalkan mesinnya masing-masing sehingga ketika terjadi kerusakan maka akan mengakibatkan pemadaman menyeluruh di daerah setempat.
"Kalau semua sistem sudah disatukan maka sistem kelistrikan kita akan semakin handal dan kapasitasnya semakin kuat sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat guna meningkat perekonomian," demkian Richard Safkaur.