Perjalanan sudah hampir mencapai titik akhir. Kini, 550 meter jarak harus ditempuh menuju Jalan Pasar Baru dengan berjalan kaki. Perjalanan tersebut berhenti di depan toko sepatu Sin Lie Seng yang berdiri sejak 1943.
“Katanya untuk merusak sepatunya itu harus digergaji karena saking kuatnya. Nah dulu buatnya juga di sini, tapi sekarang hanya tokonya doang,” kata Maha.
Beberapa tokoh yang menyukai sepatu dari Sin Lie Seng adalah Presiden pertama Soekarno dan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono.
Kemudian, Ical dan rombongan kembali berhenti. Titik saat ini adalah toko es krim Tropic, salah satu toko es krim tertua di Jakarta. Namun Ical tidak sempat mencicipi es krimnya karena perjalanan dilanjutkan menuju Toko Kompak.
“Tempat ini biasa dipakai mayor untuk menyambut tamunya. Nah, rumah mayor yang sampai saat ini eksis bisa kita lihat adalah ini sama Candra Naya di Jalan Gajah Mada,” ujar Maha di depan gerbang Toko Kompak.
Menurut Maha, dahulu orang Tionghoa mempunyai pemimpin dengan jabatannya adalah mayor. Kalau sekarang, mayor setara dengan jabatan wali kota. Adapun tugas seorang mayor adalah melaporkan apa saja yang terjadi kepada Gubernur Hindia Belanda.
Salah seorang mayor dan yang menempati toko Kompak adalah Tio Tek Ho.
“Setelah menjadi rumah mayor, ini menjadi toko-toko kelontong, gitu loh, makanya di situ ada kayak piagam gitu yang menunjukkan bahwa toko-toko ini pernah berpartisipasi dalam Pasar Gambir, yang sekarang menjadi Jakarta Fair,” kata Maha.
Dan saat ini, bangunan dengan gerbang berwarna merah tersebut telah ditetapkan sebagai cagar budaya.
Sementara itu, ujung dari Jalan Pasar Baru semakin terlihat. Satu per satu anggota tur, termasuk Ical telah melewati sebuah gerbang besar dengan tulisan Passer Baroe, Batavia, dan 1820.
“Pernah dengar enggak kalau pusat pemerintahan Kota Batavia dipindahkan ke sini? Ke daerah pusat atau disebut Weltervreden pada tahun 1790 atau 1800 awal,” tanya Maha kepada peserta tur.
Menggelengkan kepala tanda belum tahu dari para peserta, membuat Maha melanjutkan pemaparannya. Pada saat pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, Pasar Baru kemudian dibangun untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Eropa yang pindah ke Weltervreden.
Ical menilai perjalanannya di Jalan Pasar Baru terasa singkat, tetapi juga seperti ada yang kurang. Sebab, masih banyak toko yang mengundang rasa ingin tahu, namun belum sempat dijelaskan pada kesempatan tersebut.
Jalan Antara