Ekonom: Kenaikan arus modal masuk siratkan kepercayaan investor

id arus modal,modal masuk,kepercayaan investor ,ekonom ui,bank indonesia,kementerian keuangan

Ekonom: Kenaikan arus modal masuk siratkan kepercayaan investor

Ilustrasi - Tumpukan uang dolar AS. ANTARA/Shutterstock/pri.

...Dari sisi arus modal masuk, penurunan jumlah infeksi COVID-19 memberikan dampak yang cukup baik karena terdapat modal masuk pada awal September 2021 yakni dari 8,39 juta dolar AS menjadi 9,06 juta dolar AS

Jakarta (ANTARA) - Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menyebutkan kenaikan arus modal masuk menyiratkan kepercayaan investor mulai naik setelah gelombang kedua COVID-19 pada Juli 2021.

"Dari sisi arus modal masuk, penurunan jumlah infeksi COVID-19 memberikan dampak yang cukup baik karena terdapat modal masuk pada awal September 2021 yakni dari 8,39 juta dolar AS menjadi 9,06 juta dolar AS," kata Riefky dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin, (20/9).

Ia berpendapat kenaikan arus modal masuk juga menyusul adanya relaksasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa daerah, utamanya Jakarta dan daerah lainnya di Jawa-Bali.

Di sisi lain, lanjut dia, kenaikan arus modal masuk turut berpengaruh terhadap penguatan nilai tukar terhadap dolar AS pada tingkat Rp14.210.

Melihat aspek yang lain, kata Riefky, adanya rencana berbagi beban atau burden sharing selanjutnya antara Bank Indonesia (BI) dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mempengaruhi performa imbal hasil surat utang pemerintah.

"Hal ini ditunjukkan dengan tren penurunan imbal hasil untuk surat utang pemerintah jangka 10-tahun di awal September 2021," ujarnya.

Ia menambahkan tingginya arus modal masuk pun menguatkan rupiah meski hanya sementara dan masih tercatat depresiasi sebesar 1,44 persen secara tahun kalender (year to date/ytd).

Baca juga: Ekonom bilang BI perlu pertahankan bunga acuan di level 3,5 persen

Kendati terdepresiasi, nilai tersebut masih jauh lebih baik dibandingkan dengan negara beberapa berkembang lainnya seperti Malaysia maupun Thailand yang masing-masing mencatatkan nilai depresiasi sebesar 3,73 persen (ytd) dan 10,4 persen (ytd).

Baca juga: Presiden Jokowi: Pemerintah butuh dukungan pemikiran dan gagasan ekonom

Untuk beberapa saat ke depan, Riefky memprediksi nilai tukar dari beberapa negara berkembang akan mulai menguat seiring dengan terpusatnya fokus pasar pada rapat bulanan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang akan diadakan pada awal pekan depan.