RSU Hendrik Fernandez kehabisan obat, pasien cari obat sendiri

id rsu larantuka

RSU Hendrik Fernandez kehabisan obat, pasien cari obat sendiri

Wabup Flotim, Agus Payong Boli sedang berdialog dengan manajemen RSU Hendrik Fernandez Larantuka terkait masalah ketiadaan obat di rumah sakit itu, Jumat, (1/11/2019). (ANTARA/HO-Humas Pemkab Flotim)

Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Hendrikus Fernandez Larantuka di Kabupaten Flores Timur, dilaporkan mengalami kehabisan stok obat untuk melayani para pasien.
Kupang (ANTARA) - Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Hendrikus Fernandez Larantuka di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dilaporkan mengalami kehabisan stok obat untuk melayani para pasien.

Wakil Bupati Flores Timur, Agus Payong Boli yang dikonfirmasi, Jumat (1/11) mengakui kehabisan obat di RSU Larantuka sehingga para pasien harus membeli obat sendiri ke apotek-apotek.

"Saya baru saja kembali dari rumah sakit untuk mengecek langsung ke gudang Farmasi RSU, dan berdialog dengan managemen RSU, setelah menerima pengaduan dari pasien dan keluarga," katanya.

Dalam pertemuan itu, Agus Boli mengatakan telah meminta penjelasan mengenai penyebab ketiadaan obat, dan masalah lain di RSU Larantuka.

Dari dialog itu kata dia, masalah ketiadaan obat di RSU ini karena proses lelang pengadaan obat-obatan untuk kebutuhan di rumah sakit belum selesai dilaksanakan.

Baca juga: Pasien Puskesmas wajib rujuk ke RSUD SK Lerik
Baca juga: Layanan daring di RSUD Johannes mendapat apresiasi dari Ombudsman NTT


Penyebab lain adalah, aturan pemerintah pusat yang menghendaki agar proses pengadaan obat dilakukan melalui E-purchasing dan E-Catalog.

Kondisi inilah yang tampaknya menyebabkan managemen RSU Hendrik Fernandez tidak bebas melakukan pengadaan obat.

"Saya memang cukup kesal dan marah dengan pejabat pembuat komitmen (PPK), karena proses lelang tidak dilakukan sejak awal tahun, padahal APBD sudah ditetapkan akhir tahun lalu," kata Payong Boli.

Dia berharap, masalah ini tidak boleh lagi terjadi pada tahun-tahun mendatang, karena apapun alasannta RSU tidak  boleh kehabisan obat. "Setiap pasien harus di layani dengan hati," ujarnya.

"Kasihan mereka datang dari desa-desa yang jauh dengan segala kesulitannya, lalu mereka harus di suruh cari obat di luar apotik dengan uang sendiri," katanya.

Dia mengatakan, rumah sakit harus membuat orang sehat jasmani dan rohani. "Jangan sampai orang keluar dari rumah sakit, jasmaninya sembuh tapi rohaninya sakit karena memikirkan utang," demikian Agus Boli. 

Baca juga: Ombudsman NTT segera buka layanan pengaduan di RSUD Johannes Kupang
Baca juga: RSUD Komodo kewalahan tangani pasien DBD

Over stok
Wakil Bupati Flores Timur Agus Payong Boli meminta managemen RSUD Dr Hendrikus Fernandez Larantuka, agar membuat perencanaan pengadaan obat-obatan dengan over stok untuk 18 bulan.

"Saya sudah minta supaya perencanaan biaya pengadaan obat setiap tahun harus over stok sampai 18 bulan yakni sampai bulan Juni tahun berikutnya," kata Wabup Agus Boli, Jumat terkait solusi mengatasi masalah obat di RSU Larantuka.

Menurut dia, over stok diperlukan agar jika pengadaan obat yang terlambat pada tahun berikutnya pun, RSU masih punya stok obat dari tahun sebelumnya.

Solusi lain adalah persiapan dokumen PPK, khusus pelelangan obat di RSU dan Dinas Kesehatan paling lama bulan Maret tahun berjalan.

Baca juga: NTT dapat bantuan 10 unit mobil ambulans
Baca juga: Kinerja RSUD SK Lerik masih rendah


Selain itu, permintaan obat ke rekanan distributor oleh PPK harus over stok, dan tegas kepada distributor jika masih saja mengirim obat di bawah volume permintaan dan terlambat maka di PHK.

Wabup juga meminta agar perlu ada rekening khusus di RSU Larantuka untuk membayar ganti rugi pembelian obat di apotik luar oleh pasien.

Rekening khusus ini karena diketahui bahwa setiap tahun diperkirakan obat yang dibeli pasien di apotik luar itu mencapai Rp200 juta lebih, dan selama ini tidak diganti rugi.

Perlu pula ada apotik pelengkap di RSU mitra resmi RSU untuk antisipasi ketiadaan obat tertentu.

Untuk jangka panjang, dia mengatakan, RSU ini diusahkan menjadi BLUD agar mandiri, dan belanja obat tidak lagi terikat pada mekanisme aturan pengadaan barang jasa pemerintah yang ribet.

Dia yakin, jika solusi ini bisa dilaksanakan secara baik, maka RSU Larantuka tidak akan lagi mengalami ketiadaan obat-obatan, seperti yang terjadi selama ini. 

Baca juga: RSUD Naibonat untuk penderita HIV/AIDS
Baca juga: RSUD Umbu Rara Meha jadi RS rujukan